Sabtu, 19 Mei 2012

BAB I PENDAHULUAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat dan mudah dari berbagai sumber dan tempat di dunia. Dengan demikian, siswa perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengolah informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompentitif.
Kemampuan ini membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif dan kemauan bekerja yang efektif. Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui belajar matematika karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antara konsepnya sehingga memungkinkan kita terampil berpikir rasional.
Pada tingkat Sekolah Dasar dalam menyajikan pelajaran matematika diupayakan menarik perhatian siswa, sehingga siswa termotifasi belajar matematika. Ketertarikan siswa untuk belajar matematika terutama tergantung pada guru yaitu pendekatan yang digunaakan pada waktu menyajikan materi pelajaran matematika.
Pendekatan yang digunakan oleh guru dalam mengajar matematika selama ini terkesan kaku dan dogmatis. Siswa tidak diberi kesempatan untuk melakukan manipulasi terhadap konsep-konsep dasar matematika, dan tidak dibiarkan menemukan pengalaman matematika dalam kehidupan sehari-hari, serta siswa tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Hal ini menimbulkan ketidaksenangan pada pelajaran matematika, bahkan menimbulkan anggapan bahwa matematika hanya beban di sekolah dan sedapat mungkin dihindari hingga dewasa kelak (Sutan, 2003: 3).
Kenyataan demikian juga terjadi di SDN 11 Mandonga, dan pada saat pembelajaran matematika guru lebih dominan di dalam kelas. Suasana yang demikian membuat siswa menjadi kurang aktif, kurang memperoleh kesempatan untuk mengembangkan kreatifitas dan inisiatifnya.
Berdasarkan teori Piaget, siswa SD (usia 7-12 tahun) berada pada periode berpikir operasional konkrit. Pada periode ini siswa mampu berpikir secara reversible dan dengan demikian mampu menghubungkan dengan topik-topik matematika yang melibatkan hubungan-hubungan yang berbagai jenis dalam kehidupan sehari-harinya (Bambang Sumantri, 1988: 29).
Pada periode berpikir operasiaonal konkrit ini, guru mengajar lebih menekankan aspek hubungan matematika, seperti persamaan, aturan-aturan, dan sifat-sifat sudah mulai diperkenalkan. Misalnya, tiga balok digabungkan dengan empat balok sama dengan empat balok digabungkankan dengan tiga balok. Dengan menggunakan lambang ditulis 3 + 4 = 4 + 3 =7.
Konsep matematika yang abstrak, menyebabkan siswa sulit untuk memahaminya. Siswa sulit untuk menghubungkan materi matematika dengan pengalaman hidupnya sehari-hari. Akibatnya, penerapan konsep-konsep matematika sangat kurang. Dengan demikian, memicu rendahnya prestasi belajar matematika siswa.
Fenomena rendahnya prestasi belajar matematika yang dikemukakan di atas juga terjadi di SDN 11 Mandonga. Hal ini dapat dilihat pada hasil evaluasi ulangan semester genap tahun ajaran 2005/2006 untuk kelas V dengan nilai tertinggi 6,5 (setara dengan 65) dan bahkan ada yang mendapat nilai 3,5 (setara dengan 35). Hasil evaluasi tersebut jauh dari nilai standar pencapain hasil belajar yang telah ditetapkan sekolah yaitu secara klasikal siswa memperoleh nilai 75 dikatakan memenuhi syarat pencapain hasil belajar (hasil observasi awal pada tanggal 19 April 2006).
Berdasarkan hasil observasi awal di kelas VA dalam proses belajar-mengajar, terlihat bahwa guru hanya menggunakan model pembelajaran konvensional. Dengan model pembelajaran konvensional, guru lebih mendominasi proses belajar-mengajar. Sehingga tidak adanya motivasi bagi siswa untuk mengembangkan keterampilannya, kurangnya kreativitas siswa, siswa kurang terlatih bekerjasama dengan teman dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah matematika. Akibatnya, memicu rendahnya prestasi belajar matematika siswa.
Masalah-masalah di atas perlu dicarikan solusinya. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk menerapkan salah satu model pembelajaran sebagai suatu alternatif guna meningkatkan prestasi belajar matematika. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS).
Alasan pemilihan model pembelajaran ini adalah siswa dilatih bagaimana berdiskusi dalam kelompok untuk memecahkan masalah-masalah matematika, mengkonstruksi sendiri konsep-konsep matematika melalui bimbingan guru, sehingga dengan cara demikian, siswa akan ingat lebih mudah memecahkan masalah matematika dan ingat lebih lama konsep itu dan siswa akan mengetahui jalinan keterkaitan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain.
Bertitik tolak dari uraian di atas, maka penulis ingin mengadakan penelitian mengenai peningkatan prestasi belajar matematika. Bentuk penelitian yang dimaksud yaitu penelitian tindakan kelas dan dirumuskan dalam suatu judul: ”Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Bilangan Bulat Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share di Kelas VA SDN 11 Mandonga”.
Pembelajaran yang dilaksanakan dengan model kooperatif tipe Think-Pair-Share, siswa dilatih untuk sharing pendapat dengan teman (pasangan). Siswa diberikan masalah/tugas dalam matematika untuk didiskusikan, dengan terlebih dahulu siswa-siswa dalam setiap pasangan diberi kesempatan untuk memikirkan jawaban, masalah/tugas yang diberikan, setelah itu dilakukan sharing pendapat. Langkah selanjutnya adalah setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model kooperatif tipe Think-Pair-Share, selain aspek kognitif yang dicapai juga dapat dihasilkan keterampilan sosial.
B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: apakah prestasi belajar matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share di kelas VA SD Negeri 11 Mandonga dapat ditingkatkan?

C.    Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah: meningkatkan prestasi belajar matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share di kelas VA SD Negeri 11 Mandonga.
D.    Manfaat Penelitian
    Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian tindakan kelas ini adalah:
1.    Bagi siswa: dapat meningkatkan prestasi belajar siswa karena siswa terbiasa belajar secara aktif dalam kelompok menyelesaikan persoalan-persoalan matematika.
2.    Bagi guru: dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas, guru dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas sehingga konsep-konsep matematika yang diajarkan dapat dikuasai siswa. Selain itu, dengan diberikan contoh penelitian tindakan kelas, guru akan terbiasa melakukan penelitian, sekaligus sebagai memasukkan dalam pembelajaran.
3.    Bagi sekolah: sebagai masukkan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran matematika pada khususnya pokok bahasan bilangan bulat.


tes

wertyijhgfddfhiuytfgjhg