Perhatikan
kalimat-kalimat di bawah ini.
Bentuk yang Salah Bentuk yang Benar
14
1.
Untuk mengetahui baik atau
buruknya
pribadi seseorang
dapat
dilihat dari tingkah
lakunya
sehari-hari.
2.
Semoga dimaklumi.
3.
Pekerjaan itu dia tidak cocok.
4.
Perkara yang diajukan ke
meja
hijau berjumlah 51 buah.
Sedangkan
perkara yang telah
selesai
disidang-kan
berjumlah
23 buah.
5.
Halamannya sangat luas,
rumah
paman saya di
Cibubur.
Baik
atau buruknya pribadi seseorang dapat
dilihat
dari tingkah lakunya sehari-hari
Semoga
Bapak dapat memakluminya.
Pekerjaan
itu bagi dia tidak cocok.
Perkara
yang diajukan ke meja hijau
berjumlah
51 buah, sedangkan perkara yang
telah
selesai disidangkan berjumlah 23 buah.
Halaman
rumah pamas saya di Cibubur
sangat
luas.
15KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA
Disusun
oleh: Nina Widyaningsih, M.Hum
I.PENGERTIAN KALIMAT
Sekurang-kurangnya
kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki
subjek
(S) dan predikat (P). kalau tidak memiliki unsur subjek dan unsur predikat,
pernyataan itu
bukanlah
kalimat. Dengan kata yang seperti itu hanya dapat disebut sebagai frasa. Inilah
yang
membedakan
kalimat dengan frasa.
Kalimat
adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang
mengungkapkan
pikiran
yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan
keras lembut,
disela
jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin
kalimat dimulai
dengan
huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda
seru (!).
II.POLA KALIMAT DASAR
Setelah
membicarakan beberapa unsur yang membentuk sebuah kalimat yang benar, kita
telah
dapat menentukan pola kalimat dasar itu sendiri. Berdasarkan penelitian para
ahli, pola
kalimat
dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
1.
KB + KK : Mahasiswa berdiskusi.
2.
KB + KS : Dosen itu ramah.
3.
KB + KBil : Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
4.
KB + (KD + KB) : Tinggalnya di Palembang.
5.
KB1 + KK + KB2 : Mereka menonton film.
6.
KB1 + KK + KB2 + KB3 : Paman mencarikan saya pekerjaan.
7.
KB1 + KB2 : Rustam peneliti.
Ketujuh
pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat
pula pola-pola
dasar
itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.
III.JENIS KALIMAT MENURUT STRUKTUR GRAMATIKALNYA
Menurut
strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dan dapat
pula
berupa
kalimat mejemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat setara (koordinatif0, tidak
setara
(subordinatif),
ataupun campuran (koordiatif-subordinatif). Gagasan yang tunggal dinyatakan
dalam
kalimat
tunggal; gagasan yang bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat majemuk.
A.
Kalimat Tunggal
Kalimat
tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Pada hakikatnya, kalau
dilihat dari
unsur-unsurnya,
kalimat-kalimat yang panjang-panjang dalam bahasa Indonesia dapat dikembalikan
kepada
kalimat-kalimat dasar yang sederhana. Kalimat-kalimat tunggal yang sederhana
itu terdiri
atas
satu subjek dan satu predikat. Sehubungan dengan it, kalimat-kalimat yang
panjang itu dapat
pula
ditelusuri pola-pola pembentukannya. Pola-pola itulah yang dimaksud dengan pola
kalimat
dasar.
Mari kita lihat sekali lagi pola-pola kalimat dasar tersebut.
1
1.
Mahasiswa berdiskusi
S:
KB + P: KK
2.
Dosen t ramah
S:
KB + P: KS
3.
Harga buku itu sepuluh ribu
rupiah.
S:
KB + P: KBil
Pola-pola
kalimat dasar ini masing-masing hendaklah dibaca sebagai berikut.
Pola
1 adalah pola yang mengandung subjek (S) kata benda (mahasiswa) dan
predikat (P)
kata
kerja (berdiskusi).
Kalimat
itu menjadi Mahasiswa berdiskusi
S
P
Contoh
lain:
1.
Pertemuan APEC sudah
berlangsung.
S
P
2.
Teori itu dikembangkan.
S
P
Pola
2 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (dosen itu) dan
berpredikat kata sifat
(ramah).
Kalimat itu menjadi
Dosen itu ramah.
S
P
Contoh
lain:
1.
Komputernya rusak.
S
P
2.
Suku bunga bank swasta tinggi.
S
P
Pola
3 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (harga buku itu) dan
berpredikat kata
bilangan
(sepuluh ribu rupiah). Kalimat selengkapnya ialah
Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
S
P
Contoh
lain:
1.
Panjang jalan tol Cawang-Tanjung
Priok tujuh belas kilometer.
S
P
2.
Masalahnya seribu satu.
S
P
Ketiga
pola kalimat di atas masing-masing terdiri atas satu kalimat tunggal. Setiap
kalimat
tunggal
di atas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya.
Dengan
menambahkan
kata-kata pada unsur-unsurnya itu, kalimat akan menjadi panjang (lebih panjang
daripada
kalimat asalnya), tetapi masih dapat dikenali unsur utamanya.
Kalimat
Mahasiswa berdiskusi dapat diperluas menjadi kalimat
Mahasiswa semester III sedang berdiskusi di aula.
S
P K
Perluasan
kalimat itu adalah hasil perluasan subjek mahasiswa
dengan semester III.
Perluasan
predikat berdiskusi dengan sedang, dengan menambahkan keterangan tempat di akhir
2
kalimat.
Kalimat
2, yaitu Dosen itu ramah dapat diperluas menjadi
Dosen itu selalu ramah setiap hari.
S
P K
Kalimat
3, yaitu Harga buku itu sepulu ribu
rupiah dapat diperluas pula dengan kalimat
Harga buku besar itu sepuluh ribu rupiah per buah.
S
P
Memperluas
kalimat tunggal tidak hanya terbatas seperti pada contoh-contoh di atas. Tidak
tertutup
kemungkinan kalimat tunggal seperti itu diperluas menjadi dua puluh kata atau
lebih.
Perluasan
kalimat itu, antara lain, terdiri atas:
1.
keterangan tempat, seperti di sini,
dalam ruangan tertutup, lewat
Yogyakarta, dalam republik it, dan
sekeliling kota;
2.
keterangan waktu, seperti setiap
hari,
pada pukul 19.00, tahun depan,
kemarin sore, dan minggu kedua bulan
ini;
3.
keterangan alat seperti dengan
linggis,
dengan undang-undang itu, dengan
sendok dan garpu, dengan wesel pos,
dan
dengan cek;
4.
keterangan modalitas, seperti harus,
barangkali, seyogyanya,
sesungguhnya, dan sepatutnya;
5.
keterangan cara, seperti dengan
hatihati,
seenaknya saja, selakas mungkin,
dan
dengan tergesa-gesa;
6.
keterangan aspek, seperti akan,
sedang,
sudah, dan telah.
7.
keterangan tujuan, seperti agar
bahagia, supaya tertib, untuk anaknya,
dan
bagi kita;
8.
keterangan sebab, seperti karena
tekun,
sebab berkuasa, dan
lantaran panik;
9.
frasa yang, seperti mahasiswa
yang IPnya
3 ke atas, para atlet yang sudah
menyelesaikan latihan, dan pemimpin
yang memperhatikan takyatnya;
3
10.
keterangan aposisi, yaitu keterangan
yang
sifatnya saling menggantikan,
seperti
penerima Kalpataru, Abdul
Rozak, atau Gubernur DKI Jakarta,
Sutiyoso.
Perhatikan
perbedaan keterangan alat dan keterangan cara berikut ini.
Dengan + kata
benda = keterangan alat
Dengan + kata
kerja/kata sifat = keterangan cara.
Contoh
kemungkinan perluasan kalimat tercantum di bawah ini.
1.
Gubernur/memberikan/kelonggaran/kepada pedagang/.
2.
Gubernur DKI Jakarta/memberikan/kelonggaran/kepada pedagang/.
B.
Majemuk Majemuk Setara
Kalimat
majemuk setara terjad dari dua kalimat tunggal atau lebi. Kalimat majemuk
setara
dikelompokkan
menjadi empat jenis, sebagai berikut.
1.
Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata dan atau serta jika
kedua kalimat
tunggal
atau lebih itu sejalan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara
penjumlahan.
Contoh:
Kami membaca
Mereka menulis
Kami membaca dan mereka menulis.
Tanda
koma dapat digunakan jika kalimat yang digabungkan itu lebih dari dua kalimat
tunggal.
Contoh:
Direktur tenang.
Karyawan duduk teratur.
Para nasabah antre.
Direktur tenang, karyawan duduk teratur, dan para
nasabah antre.
2.
Kedua kaltunggal yang berbentuk kalimat setara itu dapat dihubungkan oleh kata tetapi jika
kalimat
itu menunjukkan pertentangan, dan hasilnya disebut kalimat majemu setara
pertentangan.
Contoh:
Amerika dan Jepang tergolong negara maju.
Indonesia dan Brunei Darussalam tergolong negara
berkembang.
Amerika dan Jepang tergolong negara maju, tetapi
Indonesia dan Brunei Darussalam
tergolong negara berkembang.
Kata-kata
penghubung lain yang dapat digunakan dalam menghubungkan dua kalimat tunggal
dalam
kalimat majemuk setara pertentangan ialah kata sedangkan dan melainkan seperti
kalimat
berikut.
Puspiptek terletak di Serpong, sedangkan Industro
Pesawat Terbang Nusantara terletak di
Bandung.
Ia bukan peneliti, melainkan pedagang.
4
3.
Dua kalimat tunggal ata lebih dapat dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian jika
kejadian
yang
dikemukakannya berurutan.
Contoh:
Mula-mula disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat
remaja, kemudian disebutkan namanama
juara MTQ tingkat dewasa.
Upacara serah terima pengurus koperasi sudah selesai,
lalu Pak Ustaz membacakan doa
selamat.
4.
Dapat pula dua kalimat tunggal atau lebih dihubungkan oleh kata atau jika
kalimat itu
menunjukkan
pemilihan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara pemilihan.
Contoh:
Para pemilik televisi membayar iuran televisinya di
kantor pos yang terdekat, atau para
petugas menagihnya ke rumah pemilik televisi langsung.
C.
Kalimat Majemuk tidak Setara
Kalimat
majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang bebas dan satu suku
kalimat
atau lebih yang tidak bebas. Jalinan kalimat ini menggambarkan taraf
kepentingan yang
berbeda-beda
di antara unsur gagasan yang majemuk. Inti gagasan dituangkan ke dalam induk
kalimat,
sedangkan pertaliannya dari sudut pandangan waktu, sebab, akibat, tujuan,
syarat, dan
sebagainya
dengan aspek gagasan yang lain diungkapkan dalam anak kalimat.
Contoh:
1.
a. Komputer itu dilengkapi dengan
alat-alat modern. (tunggal)
b.
Mereka masih dapat mengacaukan
data-data komputer. (tunggal)
c.
Walaupun komputer itu dilengkapi
dengan alat-alat modern, mereka masih dapat
mengacaukan data-data komputer itu.
2.
a. Para pemain sudah lelah
b.
Para pemain boleh beristirahat.
c.
Karena para pemain sudah lelah,
para pemain boleh beristirahat.
d.
Karena sudah lelah, para pemain
boleh beristirahat.
Sudah
dikatakan di atas bahwa kalimat majemuk tak setara terbagi dalam bentuk anak kalimat dan
induk kalimat. Induk
kalimat ialah inti gagasan, sedangkan anak kalimat ialah pertalian gagasan
dengan
hal-hal lain.
Mari
kita perhatikan kalimat di bawah ini.
Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas, saya
akan membawamu ke hotel-hotel besar.
Anak
kalimat:
Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas.
Induk
kalimat:
Saya akan membawamu ke hotel-hotel besar.
Penanda
anak kalimat ialah kata walaupun,
meskipun, sungguhpun, karena, apabila, jika, kalau,
sebab, agar, supaya, ketika, sehingga, setelah,
sesudah, sebelum, kendatipun, bahwa, dan
sebagainya
5
D.
Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat
jenis ini terdiri atas kalimat majemuk taksetara (bertingkat) dan kalimat
majemuk
setara,
atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk taksetara
(bertingkat).
Misalnya:
1.
Karena hari sudah malam, kami
berhenti dan langsung pulang.
2.
Kami pulang, tetapi mereka masih
bekerja karena tugasnya belum selesai.
Penjelasan
Kalimat
pertama terdiri atas induk kalimat yang berupa kalimat majemuk setara, kami pulang,
tetapi mereka masih bekerja, dan anak kalimat karena
tugasnya belum selesai. Jadi, susunan
kalimat
kedua adalah setara + bertingkat.
IV.JENIS KALIMAT MENURUT BENTUK GAYANYA (RETORIKANYA)
Tulisan
akan lebih efektif jika di samping kalimat-kalimat yang disusunnya benar, juga
gaya
penyajiannya (retorikanya) menarik perhatian pembacanya. Walaupun
kalimat-kalimat yang
disusunnya
sudah gramatikal, sesuai dengan kaidah, belum tentu tulisan itu memuaskan
pembacanya
jika segi retorikanya tidak memikat. Kalimat akan membosankan pembacanya jika
selalu
disusun dengan konstruksi yang monoton atau tidak bervariasi. Misalnya,
konstruksi kalimat
itu
selalu subjek-predikat-objek-ketengan, atau selalu konstruksi induk
kalimat-anak kalimat.
Menurut
gaya penyampaian atau retorikanya, kalimat majemuk dapat digolongkan menjadi
tiga
macam, yaitu (1) kalimat yang melepas (induk-anak), (2) kalimat yang klimaks
(anak-induk),
dan
(3) kalimat yang berimbang (setara atau campuran).
A.
Kalimat yang Melepas
Jika
kalimat itu disusun dengan diawali unsur utama, yaitu induk kalimat dan diikuti
oleh
unsur
tembahan, yaitu anak kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut melepas. Unsur
anak
kalimat
ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya dan kalaupun unsur ini tidak
diucapkan,
kalimat
itu sudah bermakna lengkap.
Misalnya:
a.
Saya akan dibelikan vespa oleh
Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
b.
Semua warga negara harus menaati
segala perundang-undangan yang berlaku agar
kehidupan di negeri ini berjalan dengan tertib dan
aman.
Anda
buatlah lima buah kalimat lainnya.
B.
Kalimat yang Klimaks
Jika
kalimat itu disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk
kalimat,
gaya
penyajian kalimat itu disebut berklimaks.
Pembaca belum dapat memahami kalimat
tersebut
jika
baru membaca anak kalimatnya. Pembaca akan memahami makna kalimat itu setelah
membaca
induk
kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa bahwa ada sesuatu yang masih
ditunggu, yaitu
induk
kalimat. Oleh karena itu, penyajian kalimat yang konstruksinya anak-induk terasa
berklimaks,
6
dan
terasa membentuk ketegangan.
Misalnya:
a.
Karena sulit kendaraan, ia
datang terlambat ke kantornya.
b.
Setelah 1.138 hari disekap dalam
sebuah ruangan akhirnya tiga sandera
warga negara Prancis itu dibebaskan juga.
Anda
buatlah lima buah contoh lainnya.
C.
Kalimat yang Berimbang
Jika
kalimat itu disusun dalam bentuk majemuk setara atau majemuk campuran, gaya
penyajian
kalimat itu disebut berimbang karena strukturnya memperlihatkan kesejajaran yang
sejalan
dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang bersimetri.
Misalnya
:
1.
Bursa saham tampaknya semakin
bergairah, investor asing dan domestik berlomba
melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
2.
Jika stabilitas nasional mantap,
masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan dapat
beribadat dengan leluasa.
Silakan
Anda buat lima buah contoh lainnya.
Ketiga
gaya penyampaian tadi terdapat pada kalimat majemuk. Adapun kalimat pada
umumnya
dapat divariasikan menjadi kalimat yang panjang-pendek, aktif-pasif, inversi,
dan
pengedepanan
keterangan.
V.JENIS KALIMAT MENURUT FUNGSINYA
Menurut
fungsinya, jenis kalimat dapat dirinci menjadi kalimat pernyataan, kalimat
pertanyaan,
kalimat perintah, dan kalimat seruan. Semua jeis kalimat itu dapat disajikan
dalam
bentuk
positif dan negatif. Dalam bahasa lisan, intonasi yang khas menjelaskan kapan
kita
berhadapan
dengan salah satu jenis itu. Dalam bahasa tulisan, perbedaannya dijelaskan oleh
bermacam-macam
tanda baca.
A.
Kalimat Pernyataan (Deklaratif)
Kalimat
pernyataan dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada
waktu
ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya. (Biasanya, intonasi
menurun;
tanda
baca titik).
Misalnya:
Positif
1.
Presiden Gus Dur mengadakan
kunjungan ke luar negeri.
2.
Indonesia menggunakan sistem
anggaran yang berimbang.
7
Negatif
1.
Tidak semua bank memperoleh
kredit lunak.
2.
Dalam pameran tersebut para
pengunjung tidak mendapat
informasi yang memuaskan tentang bisnis komdominium
di kotakota
besar.
Silakan
Anda buat lima buah contoh lainnya!
B.
Kalimat Pertanyaan (Interogatif)
Kalimat
pertanyaan dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau reaksi
(jawaban)
yang
diharapkan. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca tanda tanya). Pertanyaan
sering
menggunakan
kata tanya seperti bagaimana, di mana, mengapa,
berapa, dan kapan.
Misalnya:
Positif
1.
Kapan Saudara berangkat ke
Singapura?
2.
Mengapa dia gagal dalam ujian?
Negatif
1.
Mengapa gedung ini dibangun
tidak sesuai dengan
bestek yang disepakati?
2.
Mengapa tidak semua fakir miskin
di negara kita
dapat dijamin penghidupannya oleh nefara?
Coba
Anda buat lima buah contoh lainnya.
C.
Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)
Kalimat
perintah dipakai jika penutur ingin “menyuruh” atau “melarang” orang berbuat
sesuatu.
(Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda seru).
Misalnya:
Positif
1.
Maukah kamu disuruh mengantarkan
buku ini ke Pak
Sahluddin!
2.
Tolong buatlah dahulu rencana
pembiayaannya.
Negatif
1.
Sebaiknya kita tidak berpikiran
sempit tentang hak
asasi manusia.
2.
Janganlah kita enggan
mengeluarkan zakat kita jika
sudah tergolong orang mampu.
Coba
Anda buat lima buah contoh lainnya!
D.
Kalimat Seruan
Kalimat
seruan dipakai jika penutur ingin mengungkapkan perasaan “yang kuat” atau yang
8
mendadak.
(Biasanya, ditandai oleh menaiknya suara pada kalimat lisan dan dipakainya
tanda seru
atau
tanda titik pada kalimat tulis).
Misalnya:
Positif
1.
Bukan main, cantiknya.
2.
Nah, ini dia yang kita tunggu.
Negatif
1.
Aduh, pekerjaan rumah saya tidak
terbawa.
2.
Wah, target KONI di Asian Games
XIII tahun 1998 di
Bangkok tidak tercapai.
Silakan Anda buat lima buah contoh lainnya!
VI.KALIMAT EFEKTIF
Kalimat
efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali
gagasan-gagasan
pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran
pembicara
atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga
kejelasan
kalimat
itu dapat terjamin.
Sebuah
kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan
bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan
penalaran, kepaduan gagasan, dan
kelogisan bahasa.
A. Kesepadanan
Yang
dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan
struktur
bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan
gagasan yang
kompak
dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan
kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini.
1.
Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Ketidakjelasan
subjek
atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak
efektif.
Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan
menghindarkan
pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada,
sebagai,
tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a.
Bagi semua mahasiswa perguruan
tinggi ini harus membayar uang kuliah.
(Salah)
b.
Semua mahasiswa perguruan tinggi
ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
2.
Tidak terdapat subjek yang ganda
Cotoh:
a.
Penyusunan laporan itu
saya dibantu oleh para
dosen.
b.
Saat itu saya kurang jelas.
9
Kalimat-kalimat
itu dapat diperbaiki dengan cara berikut.
a.
Dalam menyusun laporan
itu, saya dibantu oleh para
dosen.
b.
Saat itu bagi saya kurang
jelas.
3.
Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal
Contoh:
a.
Kami datang agak
terlambat. Sehingga kami
tidak dapat mengikuti
acara pertama.
b.
Kakaknya membeli sepeda
motor Honda. Sedangkan
dia membeli sepeda motor
Suzuki.
Perbaikan
kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat
itu
menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat
menjadi
ungkapan
penghubung antarkalimat, sebagai berikut.
a.
Kami datang agak terlambat
sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak
dapat mengikuti acara pertama.
b.
Kakaknya membeli sepeda motor
Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor
Suzuki.
Atau
Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia
membeli sepeda motor Suzuki.
4.
Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
a.
Bahasa Indonesia yang berasal
dari bahasa Melayu.
b.
Sekolah kami yang terletak di
depan bioskop Gunting.
Perbaikannya
adalah sebagai berikut.
a.
Bahasa Indonesia berasal dari
bahasa Melayu.
b.
Sekolah kami terletak di depan
bioskop Gunting.
B. Keparalelan
Yang
dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam
kalimat
itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama
menggunakan
verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
10
a.
Harga minyak dibekukan atau kenaikan
secara luwes.
b.
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
memasang penerangan,
pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan
tata ruang.
Kalimat
a tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang
mewakili predikat
terdiri
dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan
dan kenaikan.
Kalimat itu dapat diperbaiki dengan
cara
menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat
b tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki
predikat tidak sama
bentuknya,
yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan.
Kalimat itu akan baik
kalau
diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut.
Tahap
terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan
penerangan,
pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan
tata ruang.
C. Ketegasan
Yang
dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada
ide
pokok
kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu
memberi
penekanan
atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan
dalam
kalimat.
1.
Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa
dan negara ini dengan kemampuan
yang ada pada dirinya.
Penekanannya
ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa
dan negaranya.
Penekanannya
Harapan presiden.
Jadi,
penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
2.
Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi
berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada
anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi
berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada
anak-anak terlantar.
3.
Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan
kelembutan mereka.
4.
Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan
jujur.
11
5.
Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
D. Kehematan
Yang
dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan
kata,
frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti
harus
menghilangkan
kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai
arti
penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi
kaidah tata
bahasa.
Ada
beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
1.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan
subjek.
Perhatikan
contoh:
a.
Karena ia tidak diundang, dia
tidak datang ke tempat itu.
b.
Hadirin serentak berdiri setelah mereka
mengetahui bahwa presiden datang.
Perbaikan
kalimat itu adalah sebagai berikut.
a.
Karena tidak diundang, dia tidak
datang ke tempat itu.
b.
Hadirin serentak berdiri setelah
mengetahui bahwa presiden datang.
2.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian
superordinat
pada hiponimi kata.
Kata
merah sudah mencakupi kata warna.
Kata
pipit sudah mencakupi kata burung.
Perhatikan:
a.
Ia memakai baju warna merah.
b.
Di mana engkau menangkap burung pipit
itu?
Kalimat
itu dapat diubah menjadi
a.
Ia memakai baju merah.
b.
Di mana engkau menangkap pipit itu?
3.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman
dalam
satu kalimat.
Kata
naik bersinonim dengan ke
atas.
Kata
turun bersinonim dengan ke
bawah.
Perhatikan
kalimat-kalimat di bawah ini.
a.
Dia hanya membawa badannya saja.
b.
Sejak dari pagi dia bermenung.
Kalimat
ini dapat diperbaiki menjadi
a.
Dia hanya membawa badannya.
b.
Sejak pagi dia bermenung.
4.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata
12
yang
berbentuk jamak. Misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
para tamu-tamu para tamu
beberapa orang-orang beberapa orang
E. Kecermatan
Yang
dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran
ganda.
Dan
tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
1.
Mahasiswa perguruan tinggi yang
terkenal itu menerima hadiah.
2.
Dia menerima uang sebanyak dua
puluh lima ribuan.
Kalimat
1 memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa
atau perguran tinggi.
Kalimat
2 memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu
rupiah atau dua
puluh
lima ribu rupiah.
Perhatikan
kalimat berikut.
Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri
raja, para hulubalang, dan para
menteri.
Kalimat
ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan
menceritakan. Kalimat
itu dapat diubah menjadi
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para
hulubalang, dan para menteri.
F. Kepaduan
Yang
dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat
itu
sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
1.
Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir
yang
tidak simetris.
Oleh
karena itu, kita hidari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian
kita orang-orang kota yang telah
terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang
secara tidak sadar bertindak ke
luar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut
kemanusiaan yang adil dan beradab.
Silakan
Anda perbaiki kalimat di atas supaya menjadi kalimat yang padu.
2.
Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek
+ agen + verbal secara
tertib
dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
a.
Surat itu saya sudah baca.
b.
Saran yang dikemukakannya kami
akan pertimbangkan.
Kalimat
di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal.
Seharusnya
kalimat itu berbentuk
a.
Surat itu sudah saya baca.
b.
Saran yang dikemukakannya akan
kami pertimbangkan.
13
3.
Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripad atau
tentang antara
predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan
kalimat ini
a.
Mereka membicarakan daripada
kehendak rakyat.
b.
Makalah ini akan membahas
tentang desain interior pada rumah-rumah
adat.
Seharusnya:
a.
Mereka membicarakan kehendak
rakyat.
b.
Makalah ini akan membahas desain
interior pada rumah-rumah adat.
G. Kelogisan
Yang
dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal
dan
penulisannya
sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Perhatikan
kalimat di bawah ini.
1.
Waktu dan tempat kami
persilakan.
2.
Untuk mempersingkat waktu, kami
teruskan acara ini.
3.
Haryanto Arbi meraih juara
pertama Jepang Terbuka.
4.
Hermawan Susanto menduduki juara
pertama Cina Terbuka.
5.
Mayat wanita yang ditemukan itu
sebelumnya sering mondar-mandir di daerah
tersebut.
Kalimat
itu tidak logis (tidak masuk akal). Yang logis adalah sebagai berikut.
1.
Bapak Menteri kami persilakan.
2.
Untuk menghemat waktu, kami teruskan
acara ini.
3.
Haryanto Arbi meraih gelar juara
pertama Jepang Terbuka.
4.
Hermawan Susanto menjadi juara
pertama Cina Terbuka.
5.
Sebelum meninggal, wanita yang
mayatnya ditemukan itu sering mondar-mandir di
daerah tersebut.
VII.KALIMAT SALAH DAN KALIMAT BENAR
Perhatikan
kalimat-kalimat di bawah ini.
Bentuk yang Salah Bentuk yang Benar
14
1.
Untuk mengetahui baik atau
buruknya
pribadi seseorang
dapat
dilihat dari tingkah
lakunya
sehari-hari.
2.
Semoga dimaklumi.
3.
Pekerjaan itu dia tidak cocok.
4.
Perkara yang diajukan ke
meja
hijau berjumlah 51 buah.
Sedangkan
perkara yang telah
selesai
disidang-kan
berjumlah
23 buah.
5.
Halamannya sangat luas,
rumah
paman saya di
Cibubur.
Baik
atau buruknya pribadi seseorang dapat
dilihat
dari tingkah lakunya sehari-hari
Semoga
Bapak dapat memakluminya.
Pekerjaan
itu bagi dia tidak cocok.
Perkara
yang diajukan ke meja hijau
berjumlah
51 buah, sedangkan perkara yang
telah
selesai disidangkan berjumlah 23 buah.
Halaman
rumah pamas saya di Cibubur
sangat
luas.
15