Sabtu, 09 Juni 2012

Huruf Tebal


1.
Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.

Misalnya:
Judul
 :
HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
Bab
 :
BAB I PENDAHULUAN
Bagian bab
 :
1.1 Latar Belakang Masalah


1.2 Tujuan
Daftar, indeks, dan lampiran:
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMBANG
DAFTAR PUSTAKA
INDEKS
LAMPIRAN
2.
Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf miring.

Misalnya:
Akhiran –i tidak dipenggal pada ujung baris.
Saya tidak mengambil bukumu.
Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.

Seharusnya ditulis dengan huruf miring:
Akhiran –i tidak dipenggal pada ujung baris.
Saya tidak mengambil bukumu.
Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.
3.
Huruf tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi.

Misalnya:
kalah v 1 tidak menang ...; 2 kehilangan atau merugi ...; 3 tidak lulus ...; 4 tidak menyamai
mengalah v mengaku kalah


mengalahkan v 1 menjadikan kalah ...; 2 menaklukkan ...; 3 menganggap kalah ...
terkalahkan v dapat dikalahkan ...

Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan manual, huruf atau kata yang akan dicetak dengan huruf tebal diberi garis bawah ganda.
II. PENULISAN KATA
[sunting] A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Buku itu sangat menarik.
Ibu sangat mengharapkan keberhasilanmu.
Kantor pajak penuh sesak.
Dia bertemu dengan kawannya di kantor pos.
[sunting] B. Kata Turunan
1.
a.
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.


Misalnya:
berjalan
dipermainkan
gemetar
kemauan
lukisan
menengok
petani

b.
Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia.


Misalnya:
mem-PHK-kan
di-PTUN-kan
di-upgrade
me-recall
2.
Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 5.)

Misalnya:
bertepuk tangan
garis bawahi
menganak sungai
sebar luaskan
3.
Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 5.)

Misalnya:
dilipatgandakan
menggarisbawahi
menyebarluaskan
penghancurleburan
pertanggungjawaban
4.
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu


ditulis serangkai.

Misalnya:
adipati
dwiwarna
paripurna
aerodinamika
ekawarna
poligami
antarkota
ekstrakurikuler
pramuniaga
antibiotik
infrastruktur
prasangka
anumerta
inkonvensional
purnawirawan
audiogram
kosponsor
saptakrida
awahama
mahasiswa
semiprofesional
bikarbonat
mancanegara
subseksi
biokimia
monoteisme
swadaya
caturtunggal
multilateral
telepon
dasawarsa
narapidana
transmigrasi
dekameter
nonkolaborasi
tritunggal
demoralisasi
pascasarjana
ultramodern

Catatan:
(1)
Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf kapital, tanda hubung (-) digunakan di antara kedua unsur itu.

Misalnya:
non-Indonesia
pan-Afrikanisme
pro-Barat
(2)
Jika kata maha sebagai unsur gabungan merujuk kepada Tuhan yang diikuti oeh kata berimbuhan, gabungan itu ditulis terpisah dan unsur unsurnya dimulai dengan huruf kapital.

Misalnya:
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
(3)
Jika kata maha, sebagai unsur gabungan, merujuk kepada Tuhan dan diikuti oleh kata dasar, kecuali kata esa, gabungan itu ditulis serangkai.

Misalnya:
Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
Mudah mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
(4)
Bentuk bentuk terikat dari bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti pro, kontra, dan anti, dapat digunakan sebagai bentuk dasar.

Misalnya:
Sikap masyarakat yang pro lebih banyak daripada yang kontra.
Mereka memperlihatkan sikap anti terhadap kejahatan.
(5)
Kata tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan ditulis serangkai dengan bentuk dasar yang mengikutinya, tetapi ditulis terpisah jika diikuti oleh bentuk berimbuhan.

Misalnya:
taklaik terbang
taktembus cahaya
tak bersuara
tak terpisahkan
[sunting] C. Bentuk Ulang
1.
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya.


Misalnya:
anak-anak
mata-mata
berjalan-jalan
menulis-nulis
biri-biri
mondar-mandir
buku-buku
ramah-tamah
hati-hati
sayur-mayur
kuda-kuda
serba-serbi
kupu-kupu
terus-menerus
lauk-pauk
tukar-menukar

Catatan:
(1)
Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama saja.

Misalnya:
surat kabar
surat-surat kabar
kapal barang
kapal-kapal barang
rak buku
rak-rak buku
(2)
Bentuk ulang gabungan kata yang unsur keduanya adjektiva ditulis dengan mengulang unsur pertama atau unsur keduanya dengan makna yang berbeda.

Misalnya:
orang besar
orang-orang besar


orang besar-besar
gedung tinggi
gedung-gedung tinggi


gedung tinggi-tinggi
2.
Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang.

Misalnya:
kekanak-kanakan
perundang-undangan
melambai-lambaikan
dibesar-besarkan
memata-matai

(Lihat keinggris-inggrisan Bab I, Huruf F, Butir 7.)
Catatan:
Angka 2 dapat digunakan dalam penulisan bentuk ulang untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat atau kuliah.
Misalnya:
Pemerintah sedang mempersiapkan rancangan undang2 baru.
Kami mengundang orang2 yang berminat saja.
Mereka me-lihat2 pameran.
Yang ditampilkan dalam pameran itu adalah buku2 terbitan Jakarta.
Bajunya ke-merah2-an

Tidak ada komentar:

Posting Komentar