1.
|
Huruf tebal dalam cetakan dipakai
untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel,
daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Huruf tebal tidak dipakai dalam
cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau
kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf miring.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Akhiran –i tidak dipenggal pada ujung baris.
Saya tidak mengambil bukumu.
Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||
Seharusnya ditulis dengan huruf
miring:
Akhiran –i tidak dipenggal pada ujung baris.
Saya tidak mengambil bukumu.
Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||
3.
|
Huruf tebal dalam cetakan kamus
dipakai untuk menuliskan lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang
bilangan yang menyatakan polisemi.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
kalah v 1
tidak menang ...; 2 kehilangan atau merugi ...; 3 tidak lulus
...; 4 tidak menyamai
mengalah
v mengaku kalah
|
|
mengalahkan
v 1 menjadikan kalah ...; 2 menaklukkan ...; 3
menganggap kalah ...
terkalahkan
v dapat dikalahkan ...
|
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan manual, huruf atau kata
yang akan dicetak dengan huruf tebal diberi garis bawah ganda.
|
II. PENULISAN KATA
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Buku itu
sangat menarik.
Ibu sangat
mengharapkan keberhasilanmu.
Kantor pajak
penuh sesak.
Dia bertemu dengan
kawannya di kantor pos.
1.
|
a.
|
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran)
ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
|
Misalnya:
berjalan
dipermainkan
gemetar
kemauan
lukisan
menengok
petani
|
||
b.
|
Imbuhan dirangkaikan dengan tanda
hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata dasar yang bukan
bahasa Indonesia.
|
|
Misalnya:
mem-PHK-kan
di-PTUN-kan
di-upgrade
me-recall
|
||
2.
|
Jika bentuk dasarnya berupa
gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang
langsung mengikuti atau mendahuluinya. (Lihat juga keterangan tentang tanda
hubung, Bab III, Huruf E, Butir 5.)
|
|
Misalnya:
bertepuk
tangan
garis bawahi
menganak
sungai
sebar luaskan
|
||
3.
|
Jika bentuk dasar yang berupa
gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu
ditulis serangkai. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 5.)
|
|
Misalnya:
dilipatgandakan
menggarisbawahi
menyebarluaskan
penghancurleburan
pertanggungjawaban
|
||
4.
|
Jika salah satu unsur gabungan
kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu
|
|
ditulis serangkai.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
|
1.
|
Bentuk ulang ditulis dengan
menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya.
|
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
|
||||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Awalan dan akhiran ditulis serangkai
dengan bentuk ulang.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
kekanak-kanakan
perundang-undangan
melambai-lambaikan
dibesar-besarkan
memata-matai
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
Angka 2 dapat digunakan dalam
penulisan bentuk ulang untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan
catatan rapat atau kuliah.
|
Misalnya:
Pemerintah sedang mempersiapkan rancangan undang2
baru.
Kami mengundang orang2 yang berminat
saja.
Mereka me-lihat2 pameran.
Yang ditampilkan dalam pameran itu adalah buku2
terbitan Jakarta.
Bajunya ke-merah2-an
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar