By. Masykur A. Baddal - Penggunaan
kata “Gratis” disadari atau tidak, mengandung magnet yang cukup besar,
dalam menggaet sebanyak mungkin calon pembeli untuk sebuah produk. Terkadang
penggunaan kata Gratis hanya sebagai tipu muslihat belaka oleh tim marketing
suatu perusahaan. Karena, sewaktu calon pembeli mulai menunjukkan ketertarikan
kepada produk yang ditawarkan, eh..ternyata harus membeli dulu baru dapat
barang gratisnya.
Fenomena tersebut, sudah menjadi
pemandangan biasa di setiap mal dan pusat-pusat perbelanjaan ibukota. Sehingga
dengan sendirinya, akibat keseringan menggunakan trik marketing yang mengandung
unsur penipuan semacam itu, menyebabkan kepekaan calon pembeli pun menjadi
berkurang kepada produk yang banyak ditawarkan di tempat semisal. Sebab, waktu
jualah yang mengajarkan konsumen, bahwa semua iming-iming gratis semacam itu,
pasti ujung-ujungnya penipuan terselubung.
Namun, maksud Gratis dalam tulisan
ini justeru mengandung makna yang hakiki. Sebab dari pengamatan penulis selama
begabung dengan Kompasiana, komunitas raksasa ini tidak ubahnya sebuah
Universitas Jurnalistik Virtual Gratis yang sangat sempurna. Didukung oleh
personal handal dalam berbagai disiplin ilmu, dengan tingkat akademis pun
sangat bervariasi, bahkan ada yang bergelar Doktor serta Professor.
Jika kita mengukur dari standarisasi
resmi nasional untuk mendirikan sebuah universitas. Maka, Kompasiana sudah
melebihi semua jenjang tersebut. Memang, konsep belajar yang kita dapat di
Universitas Kompasiana (istilah penulis) lebih condong kepada “Learning by
Doing”, atau Belajar sambil Berkarya. Ternyata betul-betul jitu, karena konsep
tersebut juga sudah banyak diusung oleh berbagai virtual university dunia.
Pengalaman penulis, selama bergabung
beberapa bulan dengan Universitas Kompasiana hasilnya pun luar biasa. Berbeda
jauh dengan universitas konvensional. Karena memerlukan waktu yang lama untuk
mencapai jenjang tertentu dalam ilmu jurnalistik.
Satu lagi yang membuat penulis
terkaget-kaget. Belajar di Universitas Kompasiana, seolah tanpa mengenal arti
lelah. Hampir semua mahasiswanya tanpa bosan memelototi pergerakan tutorial
digital di layar komputer masing-masing, mengikuti detik demi detik dengan
penuh kesabaran. Pemandangan yang sangat langka kita jumpai di . universitas
konvensional umumnya. Karena para mahasiswa ingin sesegera mungkin
bergegas meninggalkan ruang kuliah.
Yang lebih mencengangkan, semua
proses belajar mengajar yang dipandu oleh sang admin, yaitu seorang sosok
profesional dalam dunia jurnalistik. Serta dilakoni oleh semua mahasiswa
Kompasiana(members). Mencapai puncaknya di saat tulisan si mahasiswa tampil
menjadi HL (Head Line). Serasa semua kelelahan selama mengikuti proses
pergerakan data digital di situs Kompasiana, yang bergerak melampaui hitungan
jam, sirna semuanya. Diganti dengan rasa bahagia, puas serta percaya diri atas
hasil kerja keras yang telah dilakukan. Tidur pun terasa nyenyak dengan
senyuman tetap tersungging di bibir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar